Qolbun salim

Ta’lim ustadz Umar
7 oktober 2009
Bismillaahirrohmaanirrohiim Assalaamu ‘alaikum Wr. Wb.
Ikhwan fid din, jama’ah sekalian yang dirahmati Allah..
Alhamdulillah syukur kehadirat Allah Swt. dengan izin, kesempatan, kekuatan yang diberikan oleh Allah Swt. kita bisa berada di tempat yang mulia ini dalam rangka untuk menyempurnakan ilmu, menyempurnakan iman kita sekalian yang nantinya juga akan menyempurnakan amalamal soleh kita.
Tidak ada sesaatpun kecuali dalam rangka untuk menjadikan kita itu lebih dekat, lebih tepat dengan apa yang dicontohkan oleh Rosulullah dan para salafush shalih, karena apa yang Allah berikan untuk diikuti dari jalan nabi Saw. ini satu, tidak ada pilihan lain. Adapun kesesatan yang Allah berikan dalam mengiringi dari jalan yang benar ini jumlahnya tidak terbilang.
Maka Allah Swt. mengfirmankan
Allaahu waliyyulladziina aamanuu yukhrijuhum minadhz dhzulumaati ilannuur..
Allah adalah wali orangorang beriman, maka Allah mengeluarkan orangorang beriman yang menjadi waliwalinya minadhz dhzulumat dari kegelapan-kegelalpan yang jumlahnya tidak terbilang, jumlahnya banyak sekali, ilannuur kepada satu cahaya.
Allah menyebutkan di sini adhz dhzulumaat dengan kalimat jama’, sedangkan annuur hanya dengan kalimat mufrad.
Bukan minadhz dhzulumaati ilal anwar, tidak.
Karena cahaya Allah itu hanya satu, artinya islam yang Allah inginkan ini tidak terbilang jalannya kesana kemari. Ya islam sebagaimana yang dicontohkan Rosulullah Saw., sahabat, tabiin, tabiit tabiin, beserta para salaful ummah yang telah memberikan jalan yang baik ini.
Walladziina kafaruu, dan orang-orang kafir sebaliknya, auliyaa uhumusy-syaithaan, waliwali mereka itu adalah syetan yang akan menarik yukhrijuhum minan nuuri iladhz dhzulumaat, sebaliknya akan menarik mereka jauh-jauh dari cahaya islam ini menuju kegelapan-kegelapan.
Jadi tinggal kita ini memposisikan berada menjadi wali-wali Allah pada garis yang jelas, ataukah kita selain dari itu, tak lain itu adalah wali-wali syetan dan itu berada dalam kegelapan yang berlapis, jalannya tidak terhitung sehingga yang selalu kita minta kepada Allah Swt.
Robbanaa laa tuzigh quluubanaa janganlah buat hati kami ini berpaling, janganlah buat hati kami ini terpedaya, tergoda, terayu, ba’da idz hadaitanaa setelah hati kami ini engkau berikan hidayah, petunjuk, cahaya.
Adalah orang-orang yang tau tentang jalan cahaya ini,
Shiraathal mustaqiim, sabiilul mustaqiim, haadzihii shirooth.. dan lain sebagainya.
Penyebutan dalam bahasa yang berbeda tapi intinya sama, ini orang yang tahu dan orang yang tidak tahu, padahal mudah untuk diliat, mudah untuk diteliti, mudah untuk dipahami. Tapi yang tahu dan yang tidak tahu lebih banyak yang tidak tahu.
Kita tarik orang-orang yang tahu.
Orangorang yang tau ini pun masih akan diseleksi,
Orang-orang yang mampu dan yang tidak mampu.
Ini lebih banyak yang tidak mampu. Sebenarnya mengerti dia jalan islam itu seperti ini, tapi kayaknya sudah meliat jalannya itu sulit untuk dilalui, dia mengundurkan diri, tidak mampu untuk bisa melaluinya.
Tinggal orang-orang yang mampu.
Orang-orang yang mampu ini pun masih dikategorikan dua lagi,
Orang orang mampu yang mau dan orang-orang mampu yang tidak mau. Tentunya jumlah yang mampu dan tidak mau lebih banyak daripada yang mampu tapi mau.
Yang mampu dan mau ini pun terbagi menjadi dua. Mampu, mau, mengerjakan, yang satu tidak mengerjakan. Dia mampu sebenarnya, juga mau. Tapi tauhid itu tidak menyentuh kepadanya sehingga tidak teraplikasikan dalam bentuk amal.
Orang-orang yang mampu, mau, melaksanakan ini pun masih terbagi menjadi dua. Ada yang melaksanakannya ini dengan sepenuh hati memenuhi rukun dan syaratnya, ada yang hanya sekedar gugur syarat atau pelaksanaannya saja.
Kalau ini kita bawa dalam sebuah amal sholat,
Orang yang tau tentang sholat dan yang tidak tahu itu sebenarnya lebih banyak yang tidak tahu.
Jan jane kenapa sih kita ini harus sholat?
Orang yang tau tentang sholat ini pun nanti dikategorikan menjadi dua lagi, orang yang mampu mengerjakan sholat dan yang tidak mampu. Nanti lebih banyak yang tidak mampu, maknanya dia tidak punya jilmu tentang hal itu, tidak mau belajar, tidak mau berusaha untuk bisa.
Orang-orang yang sudah mampu, karena memang sejak di TK, SD, bahkan sampai SMP diulang lagi. Alhamdulillah nya itu kurikulum kita itu selalu terulang di materi agama dari mulai TK, SD, SMP, SMU, itu kayaknya terulang-ulang mbulet terus gitu ya, seputar rukun islam dan rukun iman.
Harusnya nglothok, tapi ternyata juga ndak. Terulang-ulang..
Tidak dikaji lebih dalam. Sehingga kalau pada saatnya itu mendapati umat ini dalam keadaan akar yang sangat dangkal, akar yang mudah untuk tumbang, wajar.
Yng ditanam itu kurang dalam. Mereka mendapatkan rukun iman, tapi ditanyakan iman kepada Allah maksudnya apa, aplikasinya seperti apa, bentuknya dalam sebuah aqidah itu nek rububiyah seperti apa, uluhiyah seperti apa, asma’ dan sifat seperti apa, itu sak gurune sampai muridnya rata-rata ndak mudeng. Ini PR bagi kita yang besar.
Yang mampu untuk sholat, tapi mau mengerjakan dan yang mampu untuk sholat tapi tidak mau mengerjakan, lebih banyak yang tidak mau.
Nyatanya masjid kita ini kembali normal. Romadhon tidak normal, jumlahnya masya Allah penuh. Hari ini memang inilah aslinya masjid-masjid kita. Takmir-takmir itu merasa kecewa, ada yang merasa kapusan gitu ya. Hampir saja masjid akan dibongkar untuk diperluas karena tidak muat, ditambahi tratak, tikar, waktu yang mubarok seneng sekali melihat orang-orang di bulan puasa itu. Walaupun seringnya jadwal hadirnya itu jam-jaman. Jadi kalau jam 7 kurang seperempat, sekitar itu, yang jelas waktu untuk sholat isya’ dan tarawih itu saja yang paling banyak dan memenuhi masjid. Tapi kalau sudah hari seperti ini ya normal. Normal maksudnya kalau biasanya itu 1 shaf ya 1 shaf, separuh shaf ya separuh shaf. Akan lebih mengejutkan kita ada yang masjidnya bagus, komunikasinya bagus, ornamendan kaligrafinya bagus, tapi sholat dzuhur itu jamaahnya hanya 3. padahal masjid bukan di tengah sawah, bukan di tengah padang sahara, bukan di tengah hutan. Tapi masjid di tengah-tengah kampung.depan masjid rumah, kanan, kiri rumah. Ndak tau.
Saya hanya khusnudhz dhzan barangkali tidak paham suara adzan karena pake bahasa arab dan tidak ada terjemahannya.
Hayya ’alash shalaah..
Mari kita sholat..
Barangkali ndak paham, ini yang manggil ini siapa. Kalau ingatannya hanya yang manggil itu pak paiman mu’adzin ya mungkin tidak mau datang. Dia hanya mewakili Allah Swt. untuk memanggilkan manusia untuk hadir di rumahnya Allah. Apa pantas suara seperti ini, itu diabaikan? Suara adzan itu kalah sama bel kantor, bel sekolah.
Kriing..
Kriing..
Wua!!!
Langsung masuk, takut sekali jangan-jangan nanti dipotong gajinya, jangan-jangan nanti dipecat. Apa kita ndak pernah merasa takut ketika adzan itu dikumandangkan?
Jangan-jangan kita nanti dipotong rizqinya, jangan jangan kita dipecat jadi hambanya, trus jadi hambanya siapa? Nyari ke sana ke mari.
Kamu hambanya siapa?
Kamu bukan hambanya Allah lagi. Kalau bukan hambanya Allah berarti ya ikut saja sama setan. Setan saja termasuk makhluknya Allah. Nha terus kamu ikut siapa? Repot kan?
Sebenarnya kalo akal sehat kita kita gunakan, kita itu takkan jauh dari rahmat Allah Swt. mereka yang sudah megerjakan sholat itu sendiri, antara yang memenuhi syarat dan rukunnya untuk berupaya khusyu’ dan tidak, lebih banyak tidak.
Dan ini berulang kali kita bahas. Tapi memang itulah fenomena yang kita temukan.
Sholat maghrib yang sudah kita kerjakan, menurut panjenengan sekalian itu kira-kira yang khusyu’ berapa? Ndak usah ngacung, khusyu’nya berapa? Itu bisa keliatan kalau pas imam lupa.
Subhanallah..
Subhaanallaah..
Lha kok subhanallaah?
Ada yang ngadek, ada yang duduk, ada yang ngikut, betul imamnya, padahal salah semua. Itu baru keliatan.
Berarti 1 masjid itu terkadang yang pikitannya fokus untuk sholat itu sedikit sekali. Percaya atau tidak memang demikian keadaannya.
Lebih banyak hadirnya kita ini hanya untuk menggugurkan kewajiban sholat, timbang dianggep dosa.
Jadi harusnya kita berusaha untuk memenuhi syarat rukunnya, minimal bacaannya itu dibaca. Kenapa saya katakan minimal bacaannya itu dibaca?
Karena berapa banyak sholat itu bacaannya ndak dibaca.
Lha sudah ada imamnya kok, kulo nderek imam, syukure pun wonten, ngantuk-ngantuk nanti juga sampai kok.
Meneeng wae, rukuk yo meneng. Aku wis mbatin kok.
Sholat itu bukan bacaan batin, tapi bacaan lisan.
Ucapkan.. subhaana robbiyal ’adziim.. dibaca.
Minimal membaca ini menambah konsentrasi kita di dalam sholat.
Dan mereka yang sudah memenuhi syarat, rukun, itu masih dikategorikan 2 lagi. Yang memenuhi syarat, rukun, ikhlas dan yang tidak ikhlas. Yang tidak ikhlas jumlahnya lebih banyak. Yang sudah sholat itu disaring, disaring, disaring sampai kecil..
Demikian Allah memilih diantara hamba-hambanya. Dipilih kemudian akan diberikan hidayah.
Maka jama’ah sekalian yang dirahmati Allah Swt., hadirnya kita di tempat-tempat yang menurut persangkaan kita ilmu kita akan bertambah, yang menurut prediksi kita yang kuat, iman kita akan bertambah, amal-amal sholeh kita akan teersempurnakan dengan adanya ilmu dan iman tadi, merupakan pekerjaan yang tidak akan pernah kita lepaskan dari kehidupan kita.
Karena setelah iman dan amal solih, mesti ada tawa shoubil haq dan ada tawashoubish shobr.
Tadi yang kita bahas tentang sholat itu baru amalan dhzohir. Dan yang lebih sulit untuk kita kenali itu justru amalan yang letaknya ada di dalam diri kita bernama batin.
Hati kita ini disebut hati yang selamat, ada yang menyebutnya istilahnya itu qolbun salim, manakala memenuhi 5 kategori.
Yang pertama bila dia itu terbebas dari syirik, karena syirik ini akan menghancurkan tauhid seseorang. Yang pertama yang paling besar ini adalah syirik.
Satu kefahaman, satu ilmu yang ketika dikaji pada umat itu rata-rata tidak senang.
Wallaahu a’lam, saya mendapatkan informasi dari beberapa jamaah, di mana-mana kalau ada pengajian, ta’lim dibahas tentang tauhid, syirik, itu jamaahnya itu semakin berkurang, semakin berkurang. Kayaknya ilmu tentang tauhid dan syirik ini ilmu yang sangat tidak diminati. Karena mesti akan menabrak, bukan hanya nyenggol, tapi nabrak kebanyakan dari yang dilakukan oleh umat hari ini. Dan rata-rata tidak siap untuk berubah. Kalau sudah membahas syirik itu apapun itu nanti akan ketabrak begitu. Tapi itulah konsekuensinya. Lebih baik kita hari ini ditabrak dengan pemahaman-pemahaman yang meluruskan kita sebelum kita ini tidak terselamatkan lagi ketika sudah disidang oleh Allah Swt. Dan tidak mungkin kita bisa berkelit.
Lebih baik hari ini kita dimuhasabahi oleh ta’lim-ta’lim yang ada. Ini salah, salah, mboten saged, kalau perlu tak debat dulu, boleh.
Diluruskan betul pemahamannya sebelum nanti kalau sudah dihadapan Allah itu tidak mungkin bisa mengelak mengelak. Karena Allah yang menciptakan kita, Allah yang berhak atas segalanya terhadap kita., kebenaran itu milik Allah Swt..
Jadi yang pertama definisi salaamatul qolb atau qolbun salim itu apabila hati itu terbebas dari pertama syirik, karena syirik ini akan menghancurkan tauhid.
Yang ke dua, qolbun salim itu disebut selamat manakala hati ini terbebas dari bid ’ah, dan bid ’ah akan menghancurkan sunnah.
Kapanpun bid ’ah itu merebak di masyarakat dan ummat, pasti sunnah itu akan dibunuh di sana sini. Walaupun menyebutnya sebagai ahli sunnah, tapi kalau masih banyak pekerjaanya itu bid ’ah, mesti banyak sunnah-sunnah itu yang dibunuh.
Dan mari kita perhatikan sedikit demi sedikit, kita meraba-raba apa betul itu? Iya.
Begitu hidup bid ’ah di satu tempat, mesti sunnah itu akan dibunuh, sunnah itu akan dibunuh. Sholat sunnah mulai ditinggalkan, membaca alquran itu malah tergeser dengan dzikir, dzikirnya tergeser dengan yang lain, kadang sholat fardhunya itu kalah dengan sholat sunnah, dan ini sudah mulai digeser, digeser, digeser.
Kapanpun sebuah kebid ’ahan itu hidup marak, menjamur itu ibarat benalu yang akan mengambil sari-sari sunnah itu, lama-lama nanti habis. Sehingga orang itu menjadi bingung mana yang sunnah, mana yang tidak. Sehingga kalimat yang sebenarnya itu sebagai sebuah istihsan saja, kalimat dari umar bin khattab r.a. bahwasannya ini adalah labid atun hasanah yang itu dibuat ruangnya itu sebesar-besarnya. Ini kan baik? Bukan persoalannya baik atau tidaknya, itu dicontohkan atau tidak, diperintahkan atau tidak? Dan baik itu menurut kamu, manusia, atau menurut Allah dan Rosulnya? Kalau sudah disepakati baik itu menurut Allah dan Rosulnya, mestinya ada dalil yang menunjukkan itu. Kalau tidak ada, sebaiknya kita diam. Mengerjakan yang sudah jelas-jelas diperintahkan Allah dan Rosulnya itu cukup membuat penat kaki dan tubuh kita, ndak usah mikir yang tambah – tambahan.
Umpama seseorang itu pertama-tama yang dipikirkan, saya akan kerjakan yang fardhu ini pertama kali. Pokoke aku gah sing sunnah, fardhu dulu. Boleh.
5 waktu dari sholat berjamaah yang dilakukan, dijaga betul, kapanpun sudah masuk waktunya, adzan berkumandang, dia segera datang ke masjid, ngambil shaf yang pertama, berusaha untuk khusyu’ sholat 5 waktu. Umpama ba’da dhzuhur itu ndak mau sholat sunnha itu ndak papa, untuk pertama-tama, kalau dia ingin fokus kepada ini. Itu pun juga banyak yang belum mengerjakan. Nanti kalau sudah mulai melirik sunnah yang lain ya rusak.
Jam 3 sudah bangun, baca qur ’an, baca istighfar, bgus. Setelah itu sholat tahajud, seperempat jam sebelum sholat subuh tidur dulu, bablas, bangun setengah enem. Padahal rumahnya di depan masjid, di samping masjid. Itu pagi masih merasa bangga. Masih bis berbicara, wajah orang – orang yang qiyamul lail itu bersinar. Harusnya kalau tau juga ya harus menambahi, tapi ya kalau ga sholat subuh, suram lagi.
Umar bin Khaththab itu mengatakan, orang yang shalat malam dari mulai ba’da isya’ sampai subuh, itu tidak bias menandingi 2 rokaat sholat subuh.
Sholat sunnah, qiyamul lail dari mulai ba’da isya’ sampai sebelum sholat subuh itu tidak bisa menandingi 2 rokaat sholat subuh. Kalau ditimbang itu masih berat 2 rokaat sholat subuh. Jadi nek memang tidak bisa bangun sholat subuhj, ndak usah nggaya sholat tahajud ya dibuat banyak, dibuat berat, sehingga sholat subuhnya kelewat. Sholat subuh ini prioritas. Tapi kalau subuhnya sudah bisa baik, ya harus ditambah dengan sholat malam, bukan berarti setelah ini terus kemudian pemahamannya mulai berubah, sing penting sholat subuh, ora tahajud ora popo, bukan, salah lagi ini.
Maksud saya itu yang fardhu ini yang kita kejar keutamaanya, yang sunnah umpama belum itu tidak apa-apa, tapi kalau bisa, itulah yang paling utama.
Karena kadang-kadang kita sholat dhuhanya 12 rokaat, hebat ndak? 8 rokaat. Njenengan kok rajin? Rezekinya biar full. Sholat dhzuhure jam pinten? Jam kaleh. Haduh..
Sholat dhuhane 2 rokaat, tapi sholat dhzuhure jam 12 kurang seperempat itu masih bagus atau jam 12, keliatan agak panas, jam 12 lebih seperempat atau lebih setengah jam. Kalo sholat dhzuhur memang melihat panasnya, kalau terlalu panas boleh bergeser sedikit menunggu agar tidak terlalu panas. Kalau hari ini mau ditepatkan waktunya, subhaanallah itu lebih baik.
Karena semangatnya gerakan dhuha, betul dia sholat dhuhanya bagus, tapi kalau akhirnya malah sholat dhzuhurnya dilewatkan, ini salah lagi. Sampai naik mobil jam 8, mampir dulu ke masjid, ada apa? Sholat dhuha. Dia ingin rezekinya dipenuhi menurut janji Rosulullah, kalau sholat 4 rokaat, awalin nahar, nanti akan dicukupkan akhiro pada akhor siang. Tapi kalau pas adzan dhzuhur tetep bablas, nha niku pun dhzuhur, lewat wae ra popo, sing peting wis sholat dhuha, lho? Malah salah ini, malah salah.
Atau sodaqohnya banyak. Nyumbang ini, nyumbang ini, tapi malah tidak mengeluarkan zakat mal, salah lagi ini.
Hari – hari biasa puasa daud, tapi romadhon malah bolong – bolong. Malah salah, romadhon ini yang dipenuhi, dipenuhi.
Jadi kalau sudah ada bid’ah pada seseorang, dan itu dipupuk dan dipelihara, nanti sunnahnya ini akan terbunuh dengan sendirinya. Jangan sampai kita menanam padi yang tumbuh besar itu malah rumputnya, nanti mati padinya. Yang kita makan sebagai makanan pokok itu padi, bukan rumput, rumput itu dicabuti, dibuang.

Yang ke tiga, selamatnya hati itu bila terbebas dari syahwat, karena syahwat ini akan merusak perintah Allah Swt.
Kapanpun syahwat ini berkuasa, maka perintah Allah akan menjadi berantakan. Ndak percaya? Mari kita lihat sedikit buktinya. Ini mas malem kamis ya? Rata – rata kalau malam ahad itu terkenal di sekitar kita malam panjang. Sebenarnya sama saja. Panjang karena disebut besok libur, dan memang identik sudah memasyarakat kalau malam ahad itu malam apel. Kalau apelnya itu sebelum sholat isya’, kira – kira sholat isya’ berjamaah apa ndak? Sudah ditunggu di depan rumah, saya cerita ini yang apel bukan mas – mas nya, tapi mbak – mbaknya. Sekarang gantian kok beda dengan dulu, dulu itu yang apel itu mas – masnya sekarang mbak – mbak nya karena jumlahn ya lebih banyak.
Mas tak tunggu mas, jalan – jalan ke simpang lima. Ini sudah salah apel nya ya, bukan berarti boleh asalkan sholat isya’, bukan. Tapi saya ingin menunjukkan bahwasanya syahwat itu kalau sudah berkuasa, perintah Allah saja itu dikalahkan. Sek tak sholat isya’, nha ngko tanggung, selak kemaleman, sholat isya’ dulu, ini perintah Allah. Nha njenengan itu sayang ndak sama saya? Ya sayang, tapi ini perintah Allah. Alah, ya sekali – kali ndak papa, mosok harus sholat isya’ itu terus – terus san berjamaah? Sekali – kali jamaah sama saya, yowis, ayo tak boncengke, jamaah di baiturrahman. Sudah jelas 5 menit lagi adzan, kok sholat jamaah di baiturrahman ya terlambat, ga jamaah di baiturrahman, di lapangan simpang lima sana, entah solat apa ndak. Kalah. Kalah.
Kalau sudah kotak infak itu lewat, di kantong kita ini ada uang 5000 rupiah, perut kita juga lapar, siomay lewat, milih dimasukkan kotak infak atau milih siomay? Yo dua – duanya ustadz. 5000 an utuh kok? Yo tak beliin siomay, minta susuk, baru tak masukkan kotak infak. Itu yang bener pikirannya. Tapi sering kalinya kita diperdaya oleh hawa nafsu kita. Perutmu lebih berhak diisi daripada kotak infak tadi, sudahlah sekali – kali ndak papa, mosok kok amal soleh kok terus – terusan? Yo jenuh to. Tapi kita ndak pernah berpikir, masak perut kok terus – terusan diisi kan yo jenuh? Ndak ada ngisi perut kok bosen. Belum pernah saya ketemu itu. Tapi kalau ada peluang amal – amal sholeh itu kok sambat? Wingi wis rene, sakiki rene maneh, ni amplop apa lagi? Tapi kita ndak pernah sambat kalau ada yang datang ngeteri mangga, Alhamdulillaah.. 5 menit kemudian, pak tadi ada acara resepsi, kebetulan makanannya belum habis, apa itu? Bakso. Alhamdulillaah.. datang lagi tetangga dari kampung, habis mudik. Pak, getuk goreng purun? Alhamdulillaah.. diterima semua. Kok ngga berpikir seperti itu? kemarin sudah infak, kok infak lagi? Kan ya enak? Harusnya berpikir seperti itu.
Jadi hawa nafsu ini yang akan mengalahkan perintah – perintah Allah. Kalau ada seseorang itu terlambat dari sholat berjamaah, tak lain yang menguasainya itu adalah hawa nafsu. Kalau seseorang itu sampai terlambat berjihad di jalan Allah, yang menarik – nariknya itu juga hawa nafsu. Kalau seseorang itu sampai terlambat dalam amal soleh – amal soleh lain, yang menguasainya juga hawa nafsu. Apapun yang menjadikan kita terhambat, terlambat. Mari kita teliti, jangan – jangan hawa nafsu ini kita pupuk di dalam diri kita. Hawa nafsu ini seperti anak kecil. Anak kecil ini dia sesuai dengan yang dibiasakan kepadanya. Kalau anak kecil ini dimanjakan, dia akan manja, disapih sulitnya bukan main. Sama dengan hawa nafsu kita, kalau itu dimanja, sulit sekali disapih.
Sehingga ada kalimat salaf yang mengatakan bahwasanya engkau tidak akan pernah sampai kepada tingkatan takwa, sampai kamu meninggalkan sesuatu yang sebenarnya tidak apa – apa. Kita freshkan lagi.
Bukankah romadhon ini dalam rangka untuk menyapih hwa nafsu kita? Latih. Nek kamu ndak makan sehari itu jane rasane kaya apa? Ndak papa. Lha yo. Kalau kamu itu ndak berkata kotor sehari itu jan–jane koyo opo? Yo ndak papa. Lha iyo. Kalau kamu itu ndak mendatangi istrimu satu hari itu rasane kayak apa? Ya ndak papa. Itu menjadi alasan ketika kita bertemu dengan kemaksiatan–kemaksiatan yang lain. Kalau mau mengambil mangganya tetangga, sekarang musim mangga. Itu mikir mikir apa kalau saya ga makan mangga ini mati? Kayaknya ngga. Saya pernah bertahan tidak makan selama satu bulan di siang hari, itu juga tidak terjadi apa apa. Menahan diri dari lapar itu ternyata sudah saya rasakan. Dia sudah terlatih dengan itu.
Jadi untuk mencuri, untuk korupsi, untuk berlaku curang dalam hal ini yang intinya itu untuk memenuhi isi perut dia, dia sudah terlatih untuk itu, sehingga mudah untuk menjauh.
Lebih baik saya lapar daripada harus mengambil hak milik orang lain, Lebih baik saya puasa daripada harus korupsi, Lebih baik saya kurus daripada harus curang dalam timbangan. Kenyataannya puasa ga malah kurus, malah gemuk. Padahal mottonya lebih baik saya kurus daripada harus curang. Syahwat itu juga dilatih dengan berpuasa.
Kamu pernah menahan diri dari syahwat, kamu bisa ngga pada hari – hari biasa itu kamu menahannya? Jadi, ikhwan fid din jamaah sekalian yang dirahmati Allah Swt., kalau kita tidak melatihnya, dia akan tumbuh bahkan lebih besar dari kita, bahkan menguasai kita. Kalimat yang sering saya sampaikan kepada jamaah sekalian, nafsuka illam tusghilha itto’ah fagholatka bil ma’shiyah. Hawa nafsu mu itu kalau tidak kamu paksakan sibuk dengan ketaatan, maka akan diserobot paksa dengan kemaksiyatan. Maka sama-sama hawa nafsu ini melekat pada diri kita, paksa terus dia dalam ketaatan kepada Allah Swt.. Ayo ikut pengajian, aku jengkel pengajian yo ngono ngono tok wae. Wis to, pokoknya terus ikuti, nggak ada temennya, paksa terus.. ngantuk, paksa terus, belum makan, paksa terus.. lama – lama dia menjadi terbiasa.
Mbaca setengah juz ngantuk, tambah lagi, celupkan kepalanya di air, tambah lagi, 1 juz, tambah lagi, terus, paksa, paksa.. lama – lama kok menikmati bacaan al quran. Lisan ini terbiasa mbaca al quran. Telinga ini merasa asyik dan rindu dengan bacaan al quran. Kalau kamku ndak dipaksakan mbaca dan dengar alquran, tunggu beberapa saat nanti kamu akan dipaksa rindu kangen mendengarkan, lagu. Aneh kan?
Kita mendengarkan Al quran itu kadang setengah jam, 1 jam, wis ngantuke rak karuan, tapi nek campur sari betah ik, karo ngangguk ngangguk, jan menyentuh hati. Bacaan quran hanya sampai di telinga, tapi bacaan campur sari menyentuh sampai hati, apa nggak sedih kita? Sedih betul.
Dan hawa nafsu kita, jiwa kita, ini juga terbiasa dengan apapun yang kita biasakan. Awalnya memang berat, paksakan dia untuk menjadi terbiasa dengan hal – hal yang baik, agar dia tidak terpaksa ikut degnan yang buruk dan menikmati keburukan tadi.
Yang ke empat, hati yang selamat itu hati yang terbebas dari ghoflah, lalai. Lalai ini bisa merusak dari mengingat Allah.
Kenapa kita sulit sekali dari berdzikir kepada Allah? Karena kita sudah dikuasai oleh ghoflah, lalai. Lalai semacam sebuah sifat yang bisa menjadi sebuah karakter. Berawal dari seseorang menyepeekan.
Ketika makanan sudah dihidangkan,sebenarnya dia itu bisa mengucap bismillah lebih awal, ah, ngkosek gampang. Akhirnya lalai, dia tidak berusaha untuk mengingatnya, ya lalai..
Kapanpun seseorang itu lalai, maka akan merusak dari mengingat Allah Swt. dan ghoflah ini adalah pintu makuknya setan. Manusia itu suka dibuat lalai. Ngelantur, tidak terasa.
Dan yang ke lima adalah, hawa yunaqidul ikhlas. Kalau di dalam bahasa arab, hawa dan nafsu itu dibagi menjadi dua. Syahwat seringnya diterjemahkan sebagai hawa nafsu. Tapi sebenarnya antara syahwat dan hawa itu beda. Syahwat itu identik dengan yang dhzohir, nampak, keliatan mata. Jadi liat makanan tertarik, liat wanita itu cleguk, ini juga termasuk bagian dari syahwat.
Tapi kalau hawa ini rasa di dalam hati. Yang menginginkan seseorang itu dihargai, dihormati, mendapaktan perhatian orang lain, dapat simpati orang lain, dapat kepuasan di dalam batin.
Kalalu hawa ini sudah berkuasa, maka yang hilang di dalam hati itu adalah ikhlas. Jadi yang seharusnya porosnya amal itu diperuntukkan kepada Allah Swt. Ini menjadi bercabang. Perlu dilatih sedemikian hebatnya amal amal agar hati ini menjadi bersih dari hal hal yang menjadikan rusaknya tadi dari syirik, bid’ah,syahwat, ghoflah, dan hawa itu sendiri. Maka yang menjadi lawannya itu yang harusnya kita isi di dalam hati.
Mari hati kita kita isi dengan tauhid, sunnah, perintah Allah, kita biasakan dengan mengingat Allah, dan hati kita kita isi dan kita penuhi dengan ikhlas, insya Allah hati ini akan bersih, selamat, dan ketika sudah di hadapan Allah Swt. Sebenar firman Allah Swt. Yauma laa yang fa’u maalun wa laabanuun illa man atallooha bi qolbin saliim. Hari itu tidak akan ada manfaatnya harta, anak anak yang hari ini menjadi sebuah kebanggaan orang ketika berbicara satu dengan yang lain, kecuali yang datang kepada Allah dengan hati yang selamat. Ndak ada manfaatnya. Panjenengan punya harta seberapa banyak, anak anak, pangkatnya sudah seperti apa, bahkan jadi presiden sekalipun, pada hari itu tidak akan memberikan kemanfaatan. Yang Allah anggap itu punya nilai dan manfaat kalau hati kamu ketika di hadapan Allah itu termasuk hati yang selamat.
Mudah-mudahan hati kita selalu diberikan oleh Allah Swt. Petunjuk dan diberikan hidayah sehingga hati kita termasuk hati hati yang salim, hati hati yang selamat dari berbagai kotoran yang merusak hati itu sehingga hati kita menjadi hati yang salim dan diselamatkan oleh Allah Swt. Di dunia dan di akhirat kelak. Aamiin.

Hati kita disebut hati yang selamat (qolbun salim) manakala memenuhi 5 kategori, yaitu apabila hati kita terbebas dari:
1. syirik
syirik akan menghancurkan tauhid seseorang
2. bid’ah
bid’ah akan menghancurkan sunnah
3. syahwat
syahwat akan merusak perintah Allah Swt.
4. ghoflah (lalai)
lalai bisa merusak dari mengingat Allah Swt. Kebiasaan menyepelekan
5. hawa
rasa dalam hati, ingin seseorang dihargai, dihormati, dapat perhatian orang lain, simpati orang lain, kepuasan dalam hati. Hawa menghilangkan ikhlas dalam hati.

Komentar

Paling banyak dilihat

Allah tujuanku

Yakin dan ikhlas dalam berdoa

Awal Mula Tahun Baru