Bila Waktu Tlah Berlalu
Satu putaran waktu sudah berlalu,tahun dua ribu delapan berrganti dua ribu Sembilan,duniapun semakin mendekati umur akhirnya.
Masih terasa bagaimana semaraknya manusia menyambut datangnya tahun ini orang-orang berkumpul di pusat keramaian,alun-alun pantai-pantai campur baur laki-laki perempuan,tua muda berpesta dengan meniup terompet dari sore hingga pagi menjelang,sementara di surau-surau,masjid-masjid sebagai orang berdoa menyambut datangnya tahun baru entah ada tuntunan atau tidak harapan mereka asma tahun baru akan datang membawa perbaikan hidup mereka.
Jika kita bercermin ke belakang terhadap kejadian-kejadian di tahun lalu,maka sangatlah wajar jika semua orang berharap datangnya perubahan kearah yang lebih baik tengoklah berapa banyak bencana,kecelakaan,kerusuhan,kriminalitas dan sejenisnya yang telah terjadi dan berapa banyak korban yang berjatuhan,berbagai masalah datang silih berganti,mulai dari kenaikan harga kebutuhan pokok, kelangkaan minyak tanah, disusul dengan kelangkaan gas elpigi,gelombang PHK besar-besaran dari buruh kecil dan krisis krisis ini tak urung hilang bahkan membuat hidup semakin sulit.
Namun bercerminlah lebih jernih layakkah kita mengharapkan datangnya kebaikan sementara yang kita lakukan justru menjauhkan kita dari Nya. Kalau mau jujur, semua kejadian dimasa lalu merupakan akibat dari apa yang telah kita lakukan sebelumnya. Membiarkan moral masyarakat semakin rusak, tanpa ada upaya perbaikan bahkn usaha dan upaya untuk memperparah moral masyarakat tampak jelas dan tanpa sungkan di tunjukkan, sebut saja sekelompok orang yang terdiri dari beberapa elemen masyarakat yang mengaku sebagai cendekiawan muslim, tokoh masyarakat, budayawan dengan dukungan LSM berusaha menggembosi pengesahan RUU menjadi UU pornografi dan porno aksi dengan mengatas namakan HAM.
Ketika manusia sudah lupa dengan fitrahnya, lupa mengakui Allah sebagai Rabbnya yang wajib disembah maka mereka akan jatuh ke wilayah yang di kuasai oleh anak buah iblis, akibatnya tingkah laku manusia pun terwarnai oleh perilaku syetan. Bukan kah manusia sudah tidak malu lagi berbuat zina, judi minum khamer, bahkan mereka bias bangga berbuat dengan itu. Bukankah lembaga zina, judi dan khamer seolah sudh terlegalisasi, Café, discotk-discotik yang didalamnya sarat dengan pelanggaran norma susila dan norma agama
Dunia memang sudah teramat modern, masyarakat nya pun semakin transparan untuk menerima berbagai kebudayaan yang ditawarkan oleh barat maupun timur yang kadang tidak tepat bagi seorang hamba Allah. Seperti berkhalwat (berdua-duaan) baik ditempat sepi maupun ramai, berpakaian minimalis dan ketat, mentato sebagian anggota tubuhnya dan beragam aksi lainya adalah pemandangan taka sing lagi kita saksikan.
Ironisnya masyarakat islam pun tidak sedikit yang ikut andil dalam aksii seperti ini, padahal semestinya orang muslim menjadi pembanding segala sesuatu, namun realitanya adalah kebaikannya, mereka merasa asing ditengah fitrah suci yang menumbuhkannya. Padahal Allah dengan tegas menegur kita : “Demi masa, sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan neseht menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Al-Ashr:1-3) kemudian bagaimana kita dapat bertafakur untuk merefleksi semua yang sudah kita lakoni. Untuk merenung keidupan-kehidupan yang kerap kita ciptakan sendiri, kalau tahun baru kita sambut dengan gaya-gaya jahiliyah seperti itu, Allah berfirman dalam surat An-Nisa’:123: “pahala, ridho, barokah, dan surga Allah itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak pula merurut angan-angan ahli kitab. Barang siapa yang mengerjakan kejahatan niscaya akan diberi persembahan dengan kejahatn itu dan ia tidak mendapat perlindungan dan tidak pula penolong baginya selain dri Allah.”
Seharusnya kita mafhum bahwa makna terhakiki dari tahun baru adalah di ingatkannya kembali akan kesadaran waktu kita. Al-Hasan Basri berkata: Wahai anak adam engkau hanyalah terdiri dari hari-hari, jika berlalu satu hari maka lenyap pula sebagian dirimu, sebab yang dipentingkan oleh Allah Ta’ala kualitasnya bukan sekedar symbol-symbol itu sendiri.
Ada hal penting dalam waktu yang tidak boleh kita abaikan yakni bahwa waktu selalu memiliki dua sisi. Kebaikan dan kejahatan. Abu darda’ berkata: “Bila pagi telah datang berkumpullah pada diri seseorang hawanafsu dan amalanya. Apabila amalannya mengikuti hawanafsunya, maka harinya menjadi hari yang jelek, tetapi bila hawa nafsunya mengikuti amalannya, maka harinya manjadi hari yang baik”. Dan bahwa waktu tidak akan pernah kembali, karena jangan pernah melakukan hal-hal yang pada akhirnya justru merugikan diri sendiri.
Sebab tidak ada seorang pun yang menanggung dosa dan kesalahan orang lain, maka jelaslah sekali segala amal kita, maksiat dan ibadah hanya kita senderilah yang akan menuai.
Maka mari kita ibda’ binafsika (memulai segala sesuatu dari diri kita sendiri) untuk merubah kultur hura-hura menjadi ajang tazkiyatun nafsi (pensucian diri) agar kita terhindar dari golongan orang-orang yang merugi.
Ustadz Musthofa
diambil dari alikhwahmaj.blogspot.com
Komentar
Posting Komentar